Kamis, 23 Juli 2009

my new entri


That’s where you find love

Dear Annie anakku...

Apa kabar, sayang? Bagaimana keadaanmu di sana? Ronald kecilku baik-baik saja, bukan? Kalau kau menanyakan kabar ayah, ayah baik-baik saja di sini. Tidak pernah merasa sebaik ini. Tapi ayah tidak memungkiri kalau di sini sepi sekali. Ayah rindu dengan tawa kecilmu yang riang itu, senyummu yang manis seperti ibumu, masakanmu yang lezat... Tanpa terasa kalau kau sudah tumbuh besar dan sudah tidak mendampingiku seperti dulu lagi.

Annie sayangku...

Ayah sudah hampir tujuh puluh tahun hidup di dunia ini. Dan ayah merasa sudah mendapatkan semua yang ayah inginkan di dunia ini. Ayah bersyukur hidup di tengah-tengah kesederhanaan bersama orang tuaku dulu, yang mengajarkan pada kami bahwa materi bukan segala-galanya di dunia ini. Ayah bersyukur dicintai oleh seorang wanita yang hebat seperti ibumu, yang sangat menghargai ayah dan mau menerima ayah apa adanya, sesuatu yang jarang sekali dilakukan oleh gadis-gadis kebanyakan. Dan ayah sangat berterimakasih pada-Nya karena telah mendatangkan seorang malaikat kecil padaku di saat aku kehilangan seseorang yang sangat aku sayangi di dunia ini.

Dan Annie sayang...

Kurasa ayah sudah siap kalau suatu saat Dia mengakhiri kehidupanku di dunia ini. Kalau bisa dibilang, mungkin hidupku sekarang hanya untuk menunggu kematian yang ayah pun tidak tahu kapan datangnya itu. Tapi kalau pun Dia menghendaki ayah untuk meninggalkan dunia yang fana ini sekarang, ayah sudah siap. Ayah sudah mendapatkan apa-apa yang diinginkan oleh semua pria di dunia ini, meski pun banyak orang berpandangan kalau ayah belum memiliki segalanya, tapi ayah sudah puas dengan semua ini. Dan rasanya tidak adil kalau ayah harus meninggalkan semuanya ini tanpa memberitahukan pada semua orang termasuk anak perempuanku satu-satunya yang kini entah berada di mana dengan keluarga kecilnya itu, bahwa Dia sudah memberiku banyak kesempatan berharga di dunia ini.

Annie kecilku...

Mungkin kamu sudah terlalu banyak mendengar kisah tentang ibumu dari orang lain, anakku... Tapi kau belum pernah melihat aku menceritakan padamu sendiri ‘kan? Maafkan aku, ayah terlalu takut untuk merasa terpuruk lagi kalau ayah mengingat segala sesuatu tentangnya. Tapi jangan khawatir, kali ini ayah akan menceritakan semuanya. Agar kau tahu, bahwa ibumu adalah wanita yang mengagumkan. Ada banyak pengalaman yang berharga yang tidak bisa ayah lupakan begitu saja. Pengalaman-pengalaman itulah yang membuat ayah bisa seperti sekarang, ayah bisa menghadapi semuanya dengan tersenyum dan bukannya berteriak-teriak marah. Dan salah satunya adalah saat ayah mulai menemukan arti cinta sejati yang selalu ayah sebut-sebut itu.

Anakku sayang...

Semua bermula dari pertemuanku dengan ibumu. Aku bertemu dengan Nicole di tempat kerjaku pertama dulu, sebuah kantor penerbitan. Tapi kami berbeda profesi, dia tidak bekerja seperti aku, lebih tepatnya dia hanya numpang kerja saja. Nicole adalah gadis yang biasa-biasa saja, tidak secantik gadis-gadis kebanyakan. Bahkan bisa dibilang, dia gadis yang dingin dan tidak banyak bicara. Saat melihatnya pertama kali, ayah tidak begitu memperhatikannya. Tapi lama kelamaan ayah menyadari ada sesuatu dalam dirinya yang menarik perhatian ayah. Entahlah, ayah juga tidak tahu apa itu. Dia berhasil membuat ayah terjebak dalam sebuah dilema yang membingungkan. Siapa yang tidak? Anakku, bayangkan... saat itu ayah sudah bertunangan dengan seorang gadis dan sudah hampir melangsungkan pernikahan beberapa bulan lagi dan seharusnya yang ada dalam benak ayah adalah gadis calon istriku itu dan bukannya orang lain. Tapi Nicole berhasil membuatku terus memikirkannya tanpa sebab yang jelas. Kami bahkan tidak saling kenal dan belum pernah bicara satu sama lain. Lalu apa yang membuatku seperti itu?

Ayah hampir gila saat itu. Ayah memang tidak begitu mencintai gadis yang sudah menjadi tunangan ayah itu, gadis itu adalah pilihan orang tuaku dan bukannya pilihanku sendiri. Sangat menyebalkan memang. Tapi yang ada dalam pikiran ayah saat itu adalah demi orang tua. Gadis itu memang cantik, tapi dia tidak bisa menarik perhatianku seperti Nicole. Selama beberapa hari yang memenuhi pikiranku adalah Nicole. Dua tahun kami bekerja di tempat yang sama, tapi kata-kata “hai” saja belum pernah terucap dari bibir kami masing-masing. Kalau berpapasan di jalan, kami hanya saling bertatapan dan tidak mengucapkan sepatah katapun.

Annie-ku yang kusayangi...

Kalau kau membaca ini, mungkin kau akan tertawa sendiri karena ternyata ayahmu yang kau kenal sebagai seorang yang gagah berani, bisa hampir gila karena seorang gadis. Karena Ayah merasa kalau ayah akan menjadi benar-benar gila kalau begini terus menerus, maka ayah memutuskan menceritakannya pada orang lain. Dia adalah Paman Ed-mu, yang dulu adalah sahabat dekat ayah. Ayah menceritakan semuanya padanya. Dan, anakku, kau tahu apa jawaban Ed?

“Kau sedang jatuh cinta, Dave... Dan gadis yang beruntung itu adalah Nicole dan bukannya Leslie, gadis tunanganmu itu...”

“Kenapa kau bisa berkata seperti?” tanya Ayah saat itu. Ed menjawab dengan enteng,

“Jelas saja, kalau tidak kenapa kau terus memikirkannya? Dan kenapa kau merasa selalu berdebar-debar kalau secara kebetulan dia lewat di depanmu? Dan kenapa kau berusaha mencuri pandang ke arahnya terus? Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan selama ini? Akui saja, Dave, kau mencintai gadis ini... Kau harus jujur pada perasaanmu sendiri...”

Kalau memang ayah harus berkata jujur, Ann... Ayah memang mencintai Nicole, dari pertama kali kami bertemu di tempat itu. Tapi bagaimana aku harus mengatakan pada Leslie kalau ternyata selama ini aku tidak mencintainya? Dan bagaimana aku menghadapi orang tuaku dan mengatakan pada mereka kalau gadis yang ingin kunikahi bukan Leslie? Sekali lagi aku menceritakannya pada Ed.

“Kau tidak perlu memutuskan pertunanganmu, Dave... Kau hanya ingin perasaanmu yang sebenarnya diketahui oleh Nicole, bukan? Kau tahu, aku mendengar seseorang pernah berkata, bahwa perasaan kita yang sebenarnya diketahui oleh orang yang kita suka, itu sudah cukup menyenangkan. Kau akan bisa memulai semuanya dengan normal lagi kalau kau sudah merasa lega dan tidak terbebani lagi, bung...”

Aku memikirkan kata-kata Ed dan berpikir apa salahnya mencoba.

Malaikat kecilku yang manis...

Kau pasti sudah menduga apa yang terjadi selanjutnya. Yeah, ayah mengatakan perasaanku yang sebenarnya pada Nicole. Dan kau tahu apa reaksinya? Nicole tercengang dan menatapku tak percaya. Ayah sudah siap kalau saat itu akan menerima tamparan keras mendarat di pipiku. Ayah mengatakan semuanya, bahwa selama ini ayah mencintainya tapi di sisi lain ayah sudah bertunangan dengan seorang gadis. Dan kupikir hal itu akan membuatnya kesal, karena sembarangan mengartikan kata cinta. Tapi semua yang ayah bayangkan berbalik 180° dengan apa yang terjadi selanjutnya.

Nicole tersenyum kecil setelah mendengar penjelasan ayah dan jawabannya selanjutnya malah membuat ayah merasa semakin terpuruk saja.

“Aku juga mencintaimu sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Kau pikir kenapa selama ini aku tidak pernah menegurmu? Itu karena aku tidak berani saja, takut kalau kau akan mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Tapi, terimakasih, ya? Mengetahui bahwa ternyata seseorang yang kita cintai juga merasakan hal yang sama adalah sesuatu yang luar biasa...”

Annie sayang, sekarang kau tahu ‘kan kenapa Ayah selalu mengatakan bahwa ibumu adalah orang yang mengagumkan?

Dan yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu paling gila yang pernah Ayah lakukan seumur hidup. Ayah pulang ke rumah dan mengatakan pada orang tuaku bahwa ayah tidak bisa melanjutkan pertunangan ini. Ayah sudah bisa menduga kalau orang tuaku pasti akan marah besar. Tapi kalau ayah masih ingin bertahan untuk melanjutkan sesuatu yang tidak ayah sukai dan mungkin tidak pernah akan ayah sukai, mungkin ayah akan menyesal suatu saat. Saat ayah mengatakan pada Leslie tentang keputusanku untuk tidak melanjutkan pertunangan ini, dia seperti tersambar petir saat itu. Ayah tahu dia sudah terlanjur mencintai ayah. Dan ayah jujur padanya kalau selama ini ayah sama sekali belum bisa mencintainya seperti yang ia harapkan maupun kedua orang tua kami. Kedengaran agak egois mungkin, tapi memang begitulah keadaannya.

Kau tahu, anakku, selama beberapa bulan setelah keputusanku itu, orang tuaku mendiamkanku karena ayah dianggap sebagai anak yang tidak patuh. Tapi lalu akhirnya mereka mengerti bahwa mereka memang tidak seharusnya melakukan sesuatu yang seegois itu pada anak mereka dengan memaksa melakukan sesuatu yang tidak disukai. Saat mereka bisa menerima keadaanku, ayah mulai menceritakan tentang Nicole pada mereka.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang sangat rumit dan membingungkan sampai ayah tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Tapi yang pasti, Ann sayang, ayah akhirnya menikah dengan Nicole, ibumu...

Anakku...

Tahun pertama pernikahan kami berlangsung dengan sangat membahagiakan. Nicole adalah wanita yang bertanggung jawab, dia banyak melakukan banyak hal untuk ayah, termasuk membuat sarapan pagi yang lezat sebelum ayah akan berangkat bekerja. Nicole juga tidak seperti wanita-wanita kebanyakan. Dia tidak bergantung pada ayah untuk segala hal, Nicole bahkan sanggup melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan laki-laki. Itulah ibumu, Nak... Ayah sangat beruntung mempunyai istri seperti dia, dan ayah tidak menyesal memilihnya sebagai wanita pendamping hidup ayah.

Kebahagiaan kami bertambah saat beberapa bulan kemudian dokter mengatakan kalau Nicole sedang mengandung. Kau tahu betapa Ayah sangat bahagia mendengar kabar itu? Aku ingat saat air mata Nicole keluar pertama kali mendengar kabar baik itu. Beberapa bulan berikutnya merupakan hari-hari paling indah dalam hidup kami. Ayah yang biasanya bekerja sampai sore hampir selalu menyempatkan diri untuk pulang lebih awal dari biasanya. Ayah sangat menjagamu yang saat itu masih dalam kandungan Nicole, Nak... Ayah juga sangat mengkhawatirkan keadaan Nicole yang masih menyibukkan diri dengan pekerjaannya meskipun kandungannya sudah mencapai usia tua.

Dan Annie sayang...

Pada tanggal 9 April dua puluh tujuh tahun yang lalu, kamu pun akhirnya lahir dengan selamat di dunia ini. Betapa ayah sangat bahagia saat itu. Ayah merasa menjadi seorang pria yang paling berbahagia saat itu. Siapa yang tidak bahagia melihat seorang bayi perempuan yang manis lahir di dunia ini dari rahim seorang wanita yang sangat ayah cintai? Ayah ingat pertama kalinya ayah menggendongmu, Ayah juga masih ingat sekali tangisan pertamamu yang memekakan telinga itu. Kalau mengingat semua itu, Ayah merasa menjadi muda lagi.

Tapi, Ann... Ternyata kebahagiaan ayah tidak berlangsung lama. Sesaat setelah kamu lahir, Ayah menggendongmu untuk memperlihatkannya pada Nicole. Tapi saat itu kondisi Nicole tidak yang seperti ayah bayangkan. Dia memang kelihatan bahagia sekali, tapi kondisinya sedang dalam keadaan kritis. Nicole mangalami pendarahan hebat. Ayah ingat sekali saat membawamu yang baru saja lahir menuju tempat tidur Nicole. Nicole menitikkan air mata dan memintaku untuk menggendongmu sebentar. Kuturuti kata-katanya. Saat dia menggendongmu, dia menangis sesunggukan sambil menciumi wajahmu. Tapi itu hanya sebentar, karena sesaat kemudian kulihat keadaannya semakin melemah. Dia hanya tersenyum kecil saat kau sudah ada dalam gendonganku lagi, Nak... Nicole menggenggam tanganku erat dan mengatakan dengan lirih sekali, “...jaga dia, Dave...”

Dan yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang sangat sulit untuk kulupakan, Ann... Ayah melihatnya menutup kedua matanya untuk terakhir kalinya dengan mata kepala ayah sendiri. Ayah seperti tersambar petir saat itu juga. Ayah tidak tahu apa yang harus ayah lakukan saat itu juga selain mengeluarkan air mata di samping jasad ibumu, Nak... Yah, ayah seperti tidak punya tujuan hidup lagi saat itu. Tapi kemudian kau menangis di dalam gendonganku. Ayah tersadar saat itu juga kalau ayah masih harus meneruskan hidup dengan seorang malaikat kecil di gendongan ayah. Ayah sadar kalau ayah masih mempunyai tanggung jawab yang besar untuk merawatmu.

Malaikat kecilku...

Hari-hari pertama tanpa Nicole terasa hampa sekali. Tidak ada seorang wanita yang selalu mendampingimu, tidak ada seseorang yang membuatkanmu sarapan dengan menu lezat setiap harinya, tidak ada sapaan selamat pagi di sampingmu saat membuka mata pertama kalinya pada pagi hari... Begitulah. Tapi semua itu digantikan oleh tangis kencang dan tawa riang seorang malaikat kecil di rumahku. Dan hari-hari ayah pun menjadi lebih baik saat ayah melihatmu. Beberapa kerabat dan teman ayah menyarankan untuk mencari seorang wanita agar dapat merawatmu dan ayah masih bisa bekerja seperti dulu. Tapi ayah selalu menolaknya. Tidak ada yang dapat menggantikan Nicole, kalaupun ada orang itu hanya satu, yaitu kamu, Nak...

Kau tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang menyenangkan dengan begitu cepatnya. Dan semakin hari semakin nampak kemiripanmu dengan ibumu. Rambut ikal panjangmu, mata coklatmu yang tajam itu, sangat mirip dengan Nicole... Dan Ayah ingat sekali saat kau pertama kalinya belajar membuat kue dari nenekmu pada umur 9 tahun dan langsung kau praktekan saat tiba di rumah. Ayah ingat sekali bagaimana rasanya. Dan ayah juga ingat sekali kau marah besar saat ayah mengatakan, “Kue coklatmu enak sekali...”, lalu kau menjawab dengan kesal, “Itu bukan kue coklat, Daddy, tapi pai apel. Kalau rasanya pahit dan agak mirip coklat, itu karena terlalu matang...” Ayah ingin tertawa sendiri kalau mengingat hal itu.

Masih ingat-kah kau, Nak? Ayah pernah memarahimu habis-habisan saat melihatmu jalan dengan seorang pemuda pada saat kau mulai menginjak usia 16 tahun? Kalau mengingat itu, Ayah menyesal sekali telah melakukan hal itu. Seharusnya memang ayah tidak melakukan itu. Tapi ayah terlalu menyayangimu sehingga ayah tidak ingin ada seseorang yang melukaimu. Ayah masih ingat saat kau berusaha mengajak ayah bicara malam harinya. Saat itu ayah sudah mulai sakit-sakitan dan banyak menghabiskan waktu di tempat tidur karena kelelahan bekerja. Kau mendekatiku yang saat itu sedang berbaring di tempat tidur dan mengucapkan kata ‘maaf’ sambil menyelimutiku dengan selimut hangat. Setelah itu kau mengecup pipi ayah, hal yang tidak pernah kau lewatkan setiap hari, sambil mengucapkan ‘selamat malam, Daddy...’ Hal seperti itu yang membuat ayah selalu merindukanmu, Nak...

Tapi betapa ayah menyayangimu dan betapa kuat ayah melindungimu dari segala bahaya, suatu saat ayah harus melepaskanmu juga. Kau sudah tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang menyenangkan, sama menariknya dengan ibumu. Dan sudah waktunya pula bagi ayah untuk melepasmu untuk memulai hidup baru dengan seseorang yang kau cintai. Dan waktu yang ayah takutkan itu akhirnya datang juga. Saat kau sudah menginjak usia 24 tahun, kau memperkenalkan ayah pada seorang pria sederhana tapi cukup menarik dan menyatakan keinginan kalian untuk segera menikah. Ayah tidak bisa menolak hal itu, karena sudah saatnya bagimu untuk hidup dengan seorang pendamping. Asalkan pria itu bisa menyayangimu dan melindungimu seperti yang sudah pernah ayah lakukan.

Saat itu pun tiba, saat di mana kau akan pergi meninggalkan ayah, saat kau akan hidup bersama seorang yang lain... Ayah melihatmu di kamar pengantin dengan sebuah gaun putih yang indah melekat di tubuhmu sesaat sebelum upacara pernikahan berlangsung. Kau berdiri di sana sambil sesekali berputar dan melihat hiasan-hiasan di sekelilingnya. Ayah melihatmu dengan terharu. Kau tidak tahu betapa ayah sangat sedih saat itu. Ayah berpikir setelah kepergianmu ini, siapa yang akan menemani hari-hari ayah yang sudah mulai tua ini dan menghilangkan segala kesedihan ayah? Saat itu air mata ayah jatuh karena mengingat segala kebersamaan kita, tapi segera ku hapus. Tapi kau sempat melihatnya dan lalu menghampiriku. Ayah ingat sekali perkataanmu waktu itu,

“Daddy, jangan menangis. Ini hanya soal waktu saja, Daddy akan terbiasa hidup tanpaku. Tapi, Daddy, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji, aku akan sering-sering menengok Daddy..” Setelah itu kau mengusap air mataku dan mencium pipiku. Itu mungkin terakhir kalinya kau mencium pipiku, Ann...

Dear gadis kecilku yang cantik...

Setelah kau benar-benar pergi meninggalkan rumah, hari-hari ayah benar-benar sepi. Tidak ada tawa dan senyummu lagi. Tapi ayah mencoba untuk menikmati hari-hari tua ayah dengan melakukan banyak hal. Ayah mulai sering pergi ke perpustakaan dan mengikuti klub membaca untuk para lansia. Ayah juga mulai suka memancing, hal yang dari dulu tidak ayah sukai. Ayah juga mulai menyibukkan diri dengan mengikuti beberapa kegiatan amal. Dari beberapa kegiatan ayah yang menyita waktu itu, ayah bertemu dengan beberapa orang hebat. Salah satunya adalah Ahmad, seorang pria berdarah Inggris-Arab. Kau mungkin sudah pernah mendengar namanya dari cerita ayah beberapa waktu yang lalu. Ahmad mengajarkan banyak hal pada ayah sehingga ayah menjadi seperti sekarang.

Yeah, kau mungkin bosan mendengar segala penuturanku tentang ini semua. Tapi yang harus kau tahu, anakku, ayah rasa pilihan ayah ini tidak salah. Awalnya ayah juga berpikiran kalau orang-orang seperti Ahmad adalah orang yang berbahaya. Dengan banyaknya berita-berita yang mengatakan kalau mereka adalah orang-orang barbar yang sadis, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ayah benar-benar termakan dengan omongan orang-orang di sekitar ayah sehingga saat pertama kali melihat Ahmad ayah langsung menjauhinya. Tapi kau tahu apa yang dilakukannya kemudian saat dia melihatku? Dia menyapaku dengan ramah sekali. Ku pikir itu hanya salah satu strateginya untuk menarik perhatian ayah. Ayah membalasnya dengan dingin. Tapi lama kelamaan, setelah ayah berbincang-bincang dengannya seputar hal-hal kecil di sekitar kami, ayah menyadari kalau keramahannya tadi bukanlah tipuan belaka. Dia memang benar-benar pria yang ramah.

Setelah pertemuan itu kami sering bertemu di klub membaca dan membicarakan banyak hal. Tentang masa lalu kami, pekerjaan, keluarga dan lain-lain. Kehidupan yang pernah kami jalani ternyata hampir sama. Kau tahu, Ann, Ahmad ternyata juga mempunyai seorang anak perempuan seusiamu dan juga sudah menikah yang kini tinggal di Glasgow, tidak begitu jauh dari tempatmu, bukan? Bedanya, sampai sejauh ini dia masih ditemani oleh seorang wanita yang dicintainya, sehingga saat dia merasa kesepian masih ada orang yang menemaninya. Yeah, kadang-kadang ayah merasa iri orang-orang itu. Mereka tidak pernah kesepian. Dan saat ayah mengatakan hal itu pada Ahmad, dia malah menjawab dengan jawaban yang membingungkan,

“Kalau dalam agamaku, tidak ada orang yang pernah merasa kesepian. Kami punya Kekasih yang selalu ada, tempat kami menggantungkan segala sesuatu, tempat di mana kami selalu menemukan kedamaian, dan tujuan kami hidup di muka bumi ini...”

Saat itu ayah merasa seperti orang bodoh karena benar-benar tidak tahu apa maksud ucapannya. Ayah langsung menanyakan apa maksud ucapannya itu. Lalu Ahmad menjawab dengan penuh wibawa.

“Kami hidup di dunia ini adalah karena Tuhan kami. Kehidupan kami di muka bumi ini sudah ada yang menentukan. Pernahkah kau berpikir kenapa manusia ada? Bagaimana manusia ada di muka bumi? Dan bagaimana semua kehidupan di bumi ini berjalan dengan semestinya? Kedengaran seperti ada yang mengatur, bukan? Itulah Tuhan kami, Tuhan Yang Maha Esa. Dan tujuan kami hidup di dunia ini adalah semata-mata untuk ‘bertemu’ dengannya suatu saat nanti. Sobat, apakah kau pikir setelah kematian tidak ada kehidupan lagi? Masih ada kehidupan lain setelah ini, kehidupan yang lebih panjang dan lebih keras. Jadi, kalau kau merasa bahwa kehidupanmu sekarang sudah terlalu keras dan terjal karena ditinggal oleh orang-orang yang kau sayangi, itu semua belum ada apa-apanya dibanding dengan kehidupan di sana...”

Ayah memikirkan kata-katanya terus menerus saat ayah tiba di rumah. Selama ini ayah berpikir kalau kehidupan ini hanya sampai pada kematian saja. Jika seseorang meninggal, maka selesai sudahlah segala sesuatunya. Dan ayah juga berpikir kalau semua orang yang meninggal akan masuk surga. Tapi ternyata keyakinan ayah selama ini bertolak belakang dengan semua yang diyakini Ahmad. Ayah akui, selama ini ayah sama sekali tidak peduli dengan segala keyakinan yang dianut orang-orang, begitu juga keyakinan yang dianut Nicole. Nicole adalah Kristen Protestan yang taat. Selama ayah hidup bersama Nicole, belum pernah terbesit sekalipun untuk menganut satu keyakinan saja dalam hidup ini. Tapi setelah mengenal Ahmad dan segala sesuatu yang dikatakannya, ayah jadi sedikit demi sedikit mulai terpengaruh.

Ayah mulai sering bertanya-tanya padanya tentang hakikat kehidupan sebenarnya. Menurut ayah, Ahmad tahu segalanya tentang semua kehidupan ini. Tapi saat ayah mengatakan hal itu padanya, dia langsung menepisnya,

“Itu bohong. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan ini, begitu juga kenapa segala sesuatu itu terjadi. Tapi pasti selalu ada tujuan kenapa segala sesuatu itu terjadi...”

Ayah jadi semakin menyadari, selama ini ayah hidup di dunia ini tanpa tujuan yang jelas. Dulu ayah selalu membayangkan hidup bahagia bersama keluarga ayah sampai maut memisahkan. Tapi sekarang ayah jadi bertanya-tanya sendiri, anakku... Sebenarnya untuk apa ayah hidup di dunia ini? Kalau hanya untuk mencari kesempurnaan materi saja, sudah dari dulu ayah mendapatkannya. Tapi untuk apa segala materi itu untuk kemudian hari di saat ayah sudah tidak membutuhkannya lagi?

Sekali lagi, ayah mengalami dilema panjang yang tak kunjung selesai seperti saat ayah memutuskan untuk menyatakan cinta pada Nicole dulu. Tapi kali ini lebih rumit.

Hari demi hari berlalu, ayah jadi semakin sering bertanya pada Ahmad tentang segala kerisauan yang terjadi pada ayah tentang tujuan hidup ayah. Ahmad mengatakan bahwa kegundahan seperti itu memang sering terjadi pada seseorang yang tidak mempunyai pedoman dalam hidupnya. Dan ayah adalah salah satunya. Ayah lalu mengibaratkan seorang anak kecil yang ingin belajar berjalan, pasti membutuhkan seseorang lain untuk membantunya dan menuntunnya untuk bisa berjalan dengan lancar. Itulah ayah yang sedang gundah dalam masa pencarian jati diri, Ann...

Lalu aku memilih jalan ini, Annie-ku sayang... Jalan yang sama yang ditempuh oleh Ahmad. Kenapa ayah memilih jalan ini dan bukannya memilih jalan yang sama yang dianut oleh Nicole dan juga kamu? Itu karena ayah mempunyai jawaban yang berbeda. Ayah merasa lebih tenang berada di jalan ini. Tidak ada paksaan, tidak ada kekerasan... semuanya berjalan dengan sebagaimana adanya sampai ayah merasa sangat yakin dengan apa yang ayah pilih. Ayah mulai menemukan arti cinta sejati saat ayah benar-benar sudah masuk ke dalam jalan ini.

Kau tahu kenapa dinamakan cinta sejati, Nak? Karena cinta itu adalah hubungan antara kita dan Yang Maha Mencintai itu sendiri. Siapa yang mempunyai semua cinta di dunia ini? Tidak ada, kecuali yang membuat cinta itu sendiri. Kau mungkin agak sedikit bingung dengan kalimatku ini, anakku... Tapi kau bisa mengerti ‘kan?

Mungkin tidak. Ayah ingat sekali raut wajahmu saat aku mengungkapkan hal itu padamu beberapa waktu lalu saat aku mengunjungimu sesaat setelah kau melahirkan Ronald. Kau memandangi ayah dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Tapi jelas sekali bahwa kau sama sekali tidak setuju dengan keputusan ayah. Inilah hidup, Nak... Kadang-kadang kau harus memilih jalan yang berbeda dengan orang-orang yang kau sayangi untuk mencapai tujuan yang ingin kau capai. Ini bukan keegoisan, tapi pengorbanan... Asal kau tahu, Ann sayang, tidak ada yang abadi di dunia ini.

Ayah pikir kau akan menghormati segala keputusan yang ayah ambil. Tapi ternyata tidak. Kau sudah jarang sekali mengunjungi ayah. Kau bahkan jarang sekali menghubungi ayah untuk sekedar menanyakan kabar ayah. Kau mulai menjauh dari kehidupan ayah. Kau mungkin berpikir bahwa ayah sama anehnya dengan orang-orang muslim yang sering melakukan tindakan terorisme itu. Tapi ketahuilah, anakku, Islam sama sekali bukan seperti itu. Islam tidak mengajarkan kekerasan yang tidak manusiawi dan keji seperti itu.

Annie...

Ayah sangat merindukanmu. Ayah rindu dengan tawa riangmu di pagi hari saat membangunkan ayah. Ayah rindu dengan senyumanmu yang selalu bisa menghapus segala luka di hati ayah. Ayah juga rindu dengan pelukanmu dan ciuman manismu di pipi ayah. Kapan ayah bisa merasakan hal seperti itu lagi? Beberapa tahun lagi sampai kau bisa memaafkan ayah dan menerima ayah dengan tangan terbuka? Mungkin tidak akan ada kesempatan seperti itu tahun-tahun yang akan datang. Kesehatan ayah sudah semakin memburuk saja. Dan sudah beberapa hari ini ayah bermimpi tentang ibumu...

Kupu-kupu kecilku...

Ayah harap kau mau membaca surat ayah yang kesekian kalinya ini. Ayah sangat berharap dapat melihatmu untuk terakhir kalinya. Ayah ingin merasakan pelukanmu yang hangat itu untuk terakhir kalinya...

Maafkan ayah telah mengecewakanmu... Tapi kalau kau ingin menemukan arti cinta sejati itu, kau harus belajar seperti ayah.

Lots of love, Daddy

@ @ @

Annie Howard menghapus air mata yang menetes deras ke pipinya. Dia meremas surat yang sedang dipegangnya dengan perasaan yang sulit diartikan. Dadanya sesak oleh kepedihan yang sangat dalam. Dia menatap sesosok tubuh yang tidak bergerak di atas tempat tidur di depannya. Air mata semakin deras mengucur dari matanya. Mengingat sosok yang sangat disayangi dan dikaguminya itu telah pergi untuk selamanya. Sosok ayahnya yang telah mengajarinya banyak hal sehingga dia mampu melewati berbagai cobaan hidup di dunia ini.

Annie menyesali kenapa dia tidak dari dulu mengunjungi ayahnya dan bahkan menolak membaca suratnya sekalipun. Apakah karena keyakinan baru yang dianut ayahnya itu? Annie tidak memungkiri kalau selama ini dia terus menerus memikirkan ayahnya. Tapi semuanya sudah terlambat. Ayahnya sudah pergi. Annie menyesali sekali, surat terakhir yang ditulis ayahnya itu belum sempat dikirimkan padanya.

“Jenasah harus sudah dikubur sekarang. Itu wasiat beliau...” kata seseorang di samping Annie. Annie menatap sosok yang terbujur kaku itu dengan mata nanar. Dia lalu menunduk ke arah jasad ayahnya dengan perlahan dan mulai mencium kedua pipi ayahnya untuk terakhir kalinya. Saat itulah air mata Annie keluar lebih deras mengingat kebersamaan mereka dulu, saat Annie masih seorang gadis kecil yang selalu digendong ayahnya, saat Annie kecil belajar berenang di danau belakang rumah dengan ayahnya, saat Annie harus dimarahi ayahnya karena ketahuan memecahkan vas bunga di ruang kelasnya.... Annie ingat jelas semua kejadian itu. Dan sulit rasanya melepas semua itu begitu saja. Tapi semua memang harus berjalan sesuai kenyataan.

Maka Annie harus rela saat melihat jenasah ayahnya dibawa keluar ruangan, untuk segera dimakamkan di tempat peristirahatan terakhirnya.

Selamat jalan, Daddy... Mungkin kita bisa bertemu lagi besok. Love you, Daddy...

@ @ @

Terinspirasi oleh lagunya Butterfly Kisses yang dinyanyiin Bob Carlisle, trus di-remark ama Westlife... Nice song!

Butterfly kisses, after bed time prayer...

Sticking litle white flowers all up in her hair...

“You know how much I love you, daddy...

But if you don’t mind, I’m only gonna kiss you on the cheek this time”

Oh, with all that I’ve done wrong, I must I’ve done something right

To deserve a hug every morning and butterfly kisses at night...

Tidak ada komentar: